Tuesday 29 March 2016

Cerpen EXO - Frozen Flower


Frozen Flower adalah bunga ajaib yang bisa mencairkan hati Oh Sehun yang beku yang butuh kasih sayang dan cinta. Karenanya, Sehun menjadi hangat dan merindukan bunga itu.
****
            Musim dingin di bulan Desember ini sepertinya ­­­agak berbeda dengan tahun lalu. Musim dingin kali ini agak hangat, walaupun sama – sama musim dingin. Begitulah pikiran di benak seorang pria dengan kulit seputih susu, diwajahnya terukir senyuman yang sungguh manis. Tangannya tengah sibuk menulis di gembok yang akan ia pasang di menara ini. Pria itu kemudian memasangnya dan menguncinya lalu membuang kunci itu ke bawahmenara. Ya, ia berada di Namsan Tower  sekarang.
“Aku sudah selesai, kau sudah belum Han ?” tanya Sehun –namja itu- pada temannya.
Luhan, teman Sehun itu tidak menjawab pertanyaannya. Matanya masih sibuk melihat gembok berbentuk hati yang menarik perhatiannya.
“Kau lihat apa ?” tanya Sehun yang keheranan dengan sikap temannya itu.
“Kau sudah pernah kesini ?” tanya Luhan, ia menatap gembok itu lekat – lekat.
Sehun mengangguk ragu, “Dulu, sekitar 2 tahun yang lalu” jawabnya.
“Benarkah ?” Luhan menunjuk gembok yang menarik perhatiannya itu, “Jadi gembok ini milikmu ?” tanyanya.
Sehun terbelalak melihatnya, gembok yang menjadi akhir pertemuannya bersama gadis itu, gadis yang membuat hidupnya berubah 180 derajat.
“Siapa dia ? Apa dia gadis yang spesial itu ?”
“Ya, dia bahkan sangat spesial.” jawab Sehun sambil tersenyum miris, membuka luka lama yang hampir tertutup selama 2 tahun ini. Luka yang sulit di sembuhkan karena luka itu sangat berbekas di hatinya.
***
           Sehun menutup kedua telinganya, tak ingin mendengarkan kedua orang tuanya yang saling adu mulut. Cukup untuk kemarin dan jangan lagi hari ini.
            “Kau tak tahu apapun tentang Sehun ! Jangan pernah urusi kehidupannya !” teriak Eommanya.
            “Justru inilah masa depannya, kau yang tak tahu apa – apa ! Kerjamu hanya dirumah dan tak tahu bagaimana mencari uang !” balas Appa Sehun tak kalah berteriak.
            “Kau hanya ingin ia memenuhi hasratmu, kau tak pernah merasakan apa yang ia rasa !” balas Eommanya tak kalah berteriak.
            ‘Brakk’
            Sehun membuka pintu kamarnya dengan kasar, kemudian melewati kedua orang tuanya.
            “Kau mau kemana, Hun ?” tanya Eommanya.
            Sehun tak membalasnya, pertanyaan yang selalu dikeluar dari mulut manis Ibunya.
            “Sekarang musim dingin,  Eomma dengar malam ini akan ada badai”
            Langkah Sehun terhenti, seharusnya ia bersyukur memiliki Ibu yang masih sayang padanya. Tapi mengapa Ibunya yang baik ini selalu mengerikan ketika berkelahi dengan Ayah ? Itulah yang membuatnya takut, Ibu yang memiliki kepribadian ganda dan Ayah yang gila harta.
            “Aku tak peduli” jawab Sehun yang diiringi dengan suara pintu depan yang tertutup.
            Ibu Sehun melihat kepergian putranya itu, ia lekas mengejarnya. Sebelum itu, ia menyambar tas yang selalu ia bawa ketika belanja, ia tak peduli dengan dinginnya malam yang akan menusuk kulit karena sekarang awal Desember.
            “Oh Nam Gil,” panggil Ibu Sehun, dengan malas Oh Nam Gil (Ayah Sehun) menatapnya, “jangan pernah sekalipun mencoba untuk mencariku, mengkhawatirkanku ataupun Sehun. Kurasa kita harus berpisah.”
            “Oh, itu ide bagus. Kalau begitu akan kusiapkan surat perceraiannya”
            “Tidak sekarang, tunggu sampai Sehun pulang maka aku akan menyerahkan surat itu”
***
            Sehun mengeratkan jaketnya, sepertinya badai salju memang datang. Matanya sulit untuk melihat, yang ia lihat hanya seberkas cahaya dari seseorang yang mulai mendekat kearahnya.
            “Hei !” seru orang itu, “astaga ! Kumohon jangan pingsan dulu” gadis itu merangkul Sehun untuk menepi dibawah pohon.
            Sehun sekuat tenaga melangkahkan kakinya ke pohon itu, setidaknya ia berusaha untuk meringakan beban gadis itu untuk membawanya.
            Setibanya, gadis itu memakaikan topi dan sarung tangannya ke Sehun kemudian menggosokkan kedua tangannya lalu di tempelkan ke wajah Sehun.
            “Kenapa tak hangat juga ?” desah gadis itu. Awalnya ia berpikir untuk memberikan kehangatan lewat daun – daun kering namun sepertinya tak ada satupun daun yang berguguran disini.
            “Huh” gadis itu meniup kedua telapak tangannya kemudian menggosokkannya lalu ditempelkan ke pipinya.
            ‘Grepp’
            Sehun memegang pergelangan tangan gadis itu kemudian memeluknya, “Aku tahu kau juga kedinginan”
            Detak jantung keduanya semakin cepat, tubuh mereka juga makin menghangat. Wajah keduanya sudah mirip kepiting rebus. Lupakan rasa malumu saat ini, yang penting kami selamat, pikir Sehun.
            Tak butuh waktu lama, keduanya terlelap.
***
            “Enghh” Sehun mengerjab – kerjabkan kedua matanya, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke matanya. Iapun mendudukkan tubuhnya sambil memegangi kepalanya yang sakit.
            “Terima kasih Ahjusshi” ujar seorang gadis setelah meminum cokelat panas dari Ahjusshi gadis itu.
            “Tak masalah, bagaimana dengan namjamu ?” tanya Ahjusshi
            “Namja ? Namcin ? Aku belum punya” jawab gadis itu.
            “Jangan bohong Seul Rin, lalu siapa namja yang kau bawa itu ?” tanya Ahjussinya sambil menunjuk Sehun. Matanya terbelalak ketika melihat Sehun yang sudah bangun, “Ah, kau sudah bangun. Mau cokelat panas ?”
            Sehun menggeleng, “Aku tidak suka cokelat panas”
            “Kopi ?”
            “Kurasa kopi lebih baik” jawab Sehun.
            Tak lama kemudian, kopi yang diinginkan Sehun telah siap.
“Terima kasih Ahjusshi”
            Seul Rin dan Pamannya memperhatikan gerak – gerik Sehun, sedikit kecurigaan di benak mereka karena laki – laki itu bisa berada di tengah badai salju di malam hari. Apa kemarin dia tidak mendengar perkiraan cuaca ?
            Karena merasa diperhatikan, Sehun mencoba membuka suara, “Ada apa ? Pandangan kalian cukup mengerikan”
            Seul Rin dan Pamannyapun bertukar pandang, “Kami hanya heran, bagaimana bisa kau keluar di tengah badai salju ? Apa kau tak mendengarkan perkiraan cuaca kemarin ?” tanya Ahjusshinya Seul Rin.
            “Oh, itu. Aku hanya kabur dari rumah, lagipula aku sudah mengetahui itu dari Ibuku tapi aku tetap nekat” jawabnya ringkas.
            “Astaga, kabur dari rumah kau bilang hanya ? Manusia macam apa kau ini ? Orang tuamu pasti khawatir, terutama Eommamu !!” ucap Seul Rin kesal.
            “Jika kau jadi aku mungkin kau akan melakukan hal yang sama.” jawab Sehun, “Ah, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Oh Sehun” ujar Sehun sambil mengulurkan tangannya.
            Seul Rin menyambut uluran tangan Sehun, “Aku Han Seul Rin dan ini Pamanku Han Jung Soo”
            Sehun tersenyum manis, “Kau cantik, bagaimana bisa kau menolongku di tengah badai salju semalam ?”
            Seul Rin tersipu, “Aku sudah biasa sejak kecil, Paman juga sering mengajakku mendaki gunung. Jadi aku sudah terbiasa di tempat dingin, orang – orang memanggilku Frozen Flower ”
            “Frozen Flower ?”
            “Iya, Frozen Flower. Itulah julukanku, gadis yang tahan di tengah udara yang membeku”
***
Luhan tersenyum manis, “Julukannya sungguh unik, lalu bagaimana dengan keseharianmu bersamanya ?”
Sehun menghembuskan napasnya berat, “Awalnya biasa saja, namun karena ia memiliki kepribadian yang hangat aku jadi tertarik padanya. Ia adalah orang pertama yang sangat memperhatikanku, entah itu pola makan ataupun kesehatan”
“Bukankah Ibumu juga perhatian ?” tanya Luhan
“Tidak,” bantah Sehun, “mereka berbeda. Ibu memang perhatian namun kepribadiannya sangat keras, jadi aku dan Ayah sulit untuk membantahnya. Tapi Seul Rin berbeda, ia memang lembut, perhatian, dan hangat, kurasa julukan Frozen Flowertak cocok untuknya”
“Mengapa kau berpikir seperti itu ?”
“Akan kuceritakan tapi jangan sampai keheranan”
“Kenapa ?”
“Karena ia adalah gadis yang ajaib”
***
            “Hatchi”
            Seul Rin menghampiri Sehun yang sedang bersin, ia menyentuh dahi Sehun, memastikan bahwa laki – laki itu demam atau tidak ?
            “Kau demam ?” tanya Seul Rin yang merasakan tubuh Sehun yang dingin, kalau saja ia tak memaksa Sehun untuk menemaninya pergi kepasar mungkin hal ini takkan terjadi.
            “Tunggu sebentar”
            Seul Rin meninggalkan Sehun di kamarnya, kamar yang sudah ia tempati selama seminggu lebih.
            Sehun terduduk di ranjangnnya kemudian ia melepas jaketnya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang tebal.
            ‘Kreekk’
            Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Seul Rin yang tengah membawa nampan yang berisi baskom dan kain. Ia berjalan mendekati Sehun yang berbaring di ranjang, kemudian meletakkan nampannya di meja.
            “Sehun~ah, bisa kau lepaskan bajumu ?” pinta Seul Rin, mendengar permintaannya mata Sehun melotot, dengan gelagapan Seul Rin menggelengkan kepalanya, “Ahjusshi mengajariku kalau kau demam maka tubuhmu harus dikompres dengan air hangat. Percayalah, aku bukan gadis mesum”
            Oke, siapa yang percaya bahwa gadis itu mesum. Yang Sehun tau, Seul Rin itu gadis polos, manis, penyayang dan dewasa, sifatnya ini mengingatkannya pada Sang Ibu.
            “Cepatlah, biar aku bisa mengompresmu”
            Sehun hanya menurut, ia segera menanggalkan pakaiannya, hanya pakaian bukan celana.
            Seul Rin dengan lembut memeras kain kompresannya. Kemudian,
            “Gila ! Kau ingin membunuhku !!” teriak Sehun ketika merasakan panasnya kain yang berada ditubuhnya sekarang.
            “Hei ! Diamlah, Paman bilang suhu airnya sudah cukup. Sudah, jangan banyak bicara, biarkan aku membilas tubuh dinginmu ini lalu kau tidur. Menyusahkan saja,”
            Sehun bungkam, ia membiarkan Seul Rin membilas tubuhnya dan benar, sedikit demi sedikit rasa dingin didadanya mulai berkurang. Seul Rin terus menerus melakukan itu, bahkan ia membilas kaki dan tangan Sehun serta punggungnya. Ia melakukan itu sampai ia merasa bahwa suhu tubuh Sehun mulai normal, bahkan ia rela bolak balik dapur-kamar hanya untuk mengganti air kompresan. Ia yakin, Sehun akan sembuh.
***
            “Lalu apa yang terjadi ?” tanya Luhan bingung,
“Aku sembuh, tentu saja. Itu ajaib, biasanya Ibu menyuruhku minum obat lalu minum air hangat, kemudian istirahat yang cukup dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 2-3 hari baru sembuh tapi kalau ia yang merawat hanya dalam semalam aku bisa sembuh.”
“Whoaa, keren. Lalu bagaimana kalian bisa berpisah ?”
“Saat itu adalah saat yang terbaik, namun juga saat yang buruk.” ujar Sehun, ia menatap langit biru yang menjadi saksi bisunya bersama Seul Rin.
***
            Seul Rin menatap langit malam, entah mengapa ia merasa malam ini terlihat sangat cerah, berbeda dari malam biasanya. Ya, malam ini adalah malam natal. Malam dimana Tuhan mereka lahir.
            “Kau kenapa ?” tanya Sehun yang entah sejak kapan duduk disampingnya.
            Ia menoleh kearah Sehun, kemudian kembali menatap langit sembari menjawab, “Malam natal, tahun ini aku tak merayakan malam natal bersama Paman. Kami biasanya menghias pohon natal bersama, membungkus kado bersama, memasang kaos kaki bersama, tapi hari ini ia sedang pergi. Natal tahun ini tak seru”
            Sehun terdiam, sesungguhnya ia iri pada Seul Rin yang memiliki Paman yang baik dan perhatian padanya. Beda dengan dirinya, keluarganya selalu saja ada masalah dan tak pernah merasakan kehangatan kasih sayang kedua orang tuanya.
            “Mau ke Namsan Tower ?” tawar Sehun,
            “Kau serius ?” tanya Seul Rin yang sepertinya ingin sekali menerima tawaran Sehun. Dan dijawab dengan anggukkan.
            Seul Rin tampak berpikir, dengan tak sabar Sehun menarik tangannya.
***
            Setibanya di Namsan Tower, Seul Rin dan Sehun sama – sama menuliskan kalimat harapan mereka di gembok. Kemudian membuang kunci gemboknya kebawah.
            “Sudah ?” tanya Seul Rin, Sehunpun mengangguk, “Apa harapanmu ?”
            Sehun terdiam, merasa aneh dengan pertanyaan Seul Rin, “Memangnya kenapa ? Apa kau berharap aku menyukaimu ?”
            Seul Rin menghembuskan napasnya dengan berat, “Jika iya kenapa ? Kau akan meninggalkanku ?”
            Sehun tercekat ketika mendengar pertanyaan gadis itu, jantunya berdegub kencang ketika mendengarnya.
            Seul Rin menangkup kedua pipi Sehun kemudian mengecup bibirnya cukup lama.
            “Aku menyukaimu” lirih Seul Rin, ia menatap Sehun dengan penuh harapan.
            “Maafkan aku, tapi aku sedang tak ingin berhubungan dengan siapapun.” jawab Sehun enteng,
Seul Rin menjauhkan wajahnya dari Sehun, ia mengembuskan napasnya berat, ingin sekali ia mengeluarkan perasaannya selama ini, perasaan yang membuat dirinya tertekan karena Sehun sendiri.
“Oh Sehun, bisakah kau menghangatkan hatimu untuk seseorang. Bisakah kau tidak membuat orang lain cemas karena tak seorangpun yang bisa membuat hatimu yang beku itu menghangat ? Seperti Ibumu mungkin.” merasa Sehun tak menjawabnya, ia kembali berkata, “Jika aku mengatakan bahwa aku menyukaimu, apa kau akan meninggalkanku ?”
            “Tentu, aku benci perempuan yang menyukaiku, mereka berlebihan ketika khawatir.” jawab Sehun santai.
            Air mata Seul Rin mulai mengalir, tak menyangka bahwa pria yang ia sukai akan menjawab seperti itu. Ia menghapus air matanya kasar, “Baik, kau boleh pergi karena aku menyukaimu, sangat sangat menyukaimu. Aku berharap kau tidak akan melihatku lagi, kalau bisa selama – lamanya. Hatimu terlalu beku untuk dicairkan, kau bagai salju di kutub yang mana tak seorangpun bisa mencairkannya, hanya waktu yang bisa.”
            “Bu-bukan beg-“
            “Jangan bicara apapun ! Kau membuat natalku hancur !”
            “Aku bisa menjelaskannya Seul Rin~ah”
            Langkah Seul Rin terhenti, ia berbalik menatap Sehun, “Menjelaskan apa ? Kau bilang kau membenci perempuan yang menyukaimu, mengapa kau ingin menjelaskan itu pada perempuan yang menyukaimu ? Aku tak ingin mendapatkan harapan darimu, kurasa Frozen Flower tak bisa mencairkan salju dan tak dapat berteman dengan baik dengannya.”
            Kemudian Seul Rin pergi meninggalkan Sehun di Namsan Tower sendirian.
***
            “Miris sekali, mulai saat itu kalian tidak berhubungan lagi ?” tanya Luhan.
Sehun mengangguk lemah, “Andai saja aku tak mengatakan bahwa aku membenci perempuan yang mengkhawatirkanku mungkin ini takkan terjadi dan hari ini menjadi hari jadi kami ke-2”
Luhan dapat melihat senyuman Sehun yang terpaksa, “Lalu Ibumu ?”
Kali ini Sehun menuduk, “Ia meninggal, ketika kami merayakan Ulang Tahunnya yang ke-47. Sehari setelah aku kembali dari rumah, aku kaget karena tak melihatnya di rumah kemudian aku melihat Ayah dengan kondisi yang mengerikan, bau alkohol dimana – mana, ia seperti belum mandi selama berminggu – minggu. Rumah menjadi berantakan dan tak terurus, ketika aku bertanya ‘Ini kenapa ?’ tapi ia malah tertawa seperti orang gila dan ia berakhir di Rumah Sakit Jiwa. Lalu Ibuku datang 3 hari setelahnya, setelah Ayah masuk RSJ. Ia datang dengan mengenakan sweater hijau bertuliskan SE-RIN.”
“SE-RIN ?”
Sehun mengangguk, “Sweater itu buatan Seul Rin, Ibuku sendiri yang menceritakannya.. SE-RIN, singkatan dari Sehun dan Seul Rin”
“Jadi Ibumu sempat melihat Seul Rin ?” tanya Luhan.
“Iya, mereka tinggal bersama selama beberapa hari. Aku sama sekali tak mengetahui kalau yang menolong Ibuku adalah Seul Rin, ketika kami ingin dengan membawakan sesuatu ke rumahnya dan ternyata rumah itu adalah rumah Paman Han sendiri. Namun para tetangga mengatakan bahwa ia dan Pamannya sudah pergi ke Incheon. ”
“Seperti di drama saja.” komentar Luhan yang menganggap cerita Sehun terlalu mengada – ada, “Sudahlah, aku mau mengunci gembokku dulu. Aku bahkan lupa karena asyik mendengar ceritamu itu.”
“Tapi yang akhirnya mencairkan hati beku itu adalah ‘Bunga yang beku’, kau hebat” batin Sehun sembari tersenyum miris.
Sehun menunggu Luhan yang tengah mengunci gemboknya, ia memutuskan untuk mengambil beberapa gambar untuk kenang – kenangan. Ketika kameranya ia arahkan ke pojok, tempat dimana ciuman pertamanya diambil oleh Seul Rin. Ia melihat sosok yang sangat ia rindukan itu, mengenakan sweater berwarna hijau bertuliskan SE-RIN yang berpasangan dengannya.
“Han Seul Rin !” panggil Sehun dengan kerasnya.
Gadis yang dipanggil itupun mengalihkan pandangannya dari bawah dan berbalik mencari orang yang memanggilnya.
Karena tak kunjung dibalas, Sehun menghampirinya kemudian memeluknya, “Aku merindukanmu”
Seul Rin yang masih kagetpun segera membalas pelukan Sehun, hanya dengan pelukan dan suara, ia tau siapa pria ini. Pria yang sudah membuatnya menunggu selama 2 tahun.
“Aku juga merindukanmu” jawab Seul Rin sambil mengelus punggung Sehun yang masih memeluknya.
“Kalau kau merindukanku kenapa kau tiba – tiba menghilang ?” tanya Sehun.
Seul Rin menggeleng, ia melepas pelukannya dengan Sehun, “Aku tak menghilang, Nenekku sakit keras jadi aku harus kembali ke Incheon. Setelah 2 minggu, aku kembali namun aku tak lagi melihat Ibumu yang ada dirumahku, aku menetap di Namsan dan tak pernah lagi pulang ke Incheon karena aku berpikir dengan cara itulah aku dapat bertemu denganmu bahkan setiap tanggal 25 aku kesini, tapi tetap saja kita tak bertemu.” jelasnya panjang lebar.
“Maafkan aku” ujar Sehun lirih, ia merasa bersalah karena tak pernah datang kesini lagi, andai saja ia ada waktu disaat natal tahun lalu mungkin mereka dapat bersama.
“Tak apa, yang penting kita sekarang sudah bertemu” jawab Seul Rin.
Suasana semakin hening, Sehun menggerutu di dalam hatinya karena Luhan tak kunjung tiba. Lalu Sehunpun mencoba untuk membuka suara,
“Ah, kau tahu wanita di rumahmu itu Ibuku tahu darimana ?” tanyanya basa – basi.
“Haha, kau bodoh, pikun atau hanya basa – basi hah ? Kurasa surat di meja belajarku itu tulisanmu.”
Sehun menyipitkan matanya, “Baiklah, aku kalah. Kau puas ?”
Seul Rin mengangguk, “Tentu, bodoh jika aku tak puas. Apa yang membuatmu mengenalku ?”
Sehun terkekeh, “Sweater ini.. Sweater pasangan kan ? Kau ‘menitipkan’ yang satunya ke Ibuku, kan ?”
Seul Rin menaikkan bahunya malas, “Seperti yang kau katakan, aku malas berbohong.”
Sehun tersenyum, ia kembali memeluk gadis itu, “Kau tahu ? Meskipun hati salju itu membeku tapi ia selalu kesepian dan hanya Frozen Flower yang bisa melelehkannya” gumamnya.
Seul Rin tersentuh, “Kau mencoba merayuku ?”
Sehun menggeleng, “Aku tulus.. Aku memang tak menginginkan seseorang menyukaiku tapi aku berharap orang itu akan mencintaiku dan menyayangiku. Dan aku merasa hanya kau –perempuan- yang memberiku itu. Ketika kita berpisah, semua terasa hampa dan aku sadar bahwa aku menyayangimu dan aku mencintaimu, Rin”
Seul Rin meneteskan air matanya penuh haru, ia mengusap air matanya pelan, tak ingin memperlihatkan kesedihannya pada Sehun.
“Kau tahu apa yang kutulis di gebok itu ?” tanya Sehun.
Seul Rin menggeleng, Sehun tersenyum manis iapun berkata, “Aku menuliskan Oh Sehun❤ Han Seul Rin, aku tak berharap kau mencintaiku tapi aku berharap kita bisa bersama.. Selamanya”
Seul Rin semakin terharu, ia tak tahu bahwa Sehun adalah pria yang hebat dan romantis. Ia tak pernah membayangkan itu, sekalipun tak pernah.
‘Klikk’
“Haha, keren. Akan kujadikan topik artikelku nanti, ‘Oh Sehun, model terkenal di Seoul ternyata romantis’. Hahaa- Hei !”
Luhan mengelus kepalanya yang dijitak oleh Sehun, ia melihat kedua orang itu sudah tak berpelukan lagi, “Aishh, sopanlah sedikit padaku Oh Sehun. Dasar Adik tak punya sopan santun” gerutunya sambil mengelus kepalanya lagi.
Sehun dan Seul Rin hanya tertawa, bahagia dan terhibur.
“Bagaimana kalau kalian kufoto ? Sebagai foto Pre-Wedding (Sebelum pernikahan) mungkin ?” usul Luhan yang disetujui oleh Sehun dan Seul Rin.
“Aku sangat membutuhkanmu Frozen Flower” – Oh Sehun
“Dan aku selalu ada untukmu Salju Oh” – Han Seul Rin
THE END
Ini adalah FF yang sebenernya Fantastic buat untuk lomba tapi ternyata gak menang, hiks sedih sekali.. Padalah Fantastic buatnya susah – susah. Tapi gak papa deh, semoga suka sama FFnya, dan mian kalau jelek ^^

0 comments:

Post a Comment